Minggu, 13 Mei 2018

Minggu Soreku

Langkah membawaku bersaing,
Bersaing bersama mereka yang tidak kukenal.
Berjalan untuk mencapai tujuan.

Gelak tawa terdengar, wajah bahagia terungkap dari seorang anak kecil.
Rasanya bahagia, seolah memperlihatkan kebahagiaan pada saat pertama kali.
Pertama kalinya menaiki kereta.

Ada seorang ibu yang mengkhawatirkan, terus menjaga agar anaknya agar tetap dalam genggamannya. Dengan resah dan takut hilang dalam ramainya orang - orang para pejalan kaki.

Satu sisi,
Ada senyum tersirat dari wajahnya, melirik ke arah sana. Rupanya dia wanita yang ia incar. Berusaha terlihat gagah berdiri dan sesekali menoleh.

Seperti ingin mendekati namun takut, hanya bisa memandangi sampai pada akhirnya stasiun tujuan yang berbeda membawa mereka terpisah sebelum berkenalan.

Masih sama, aku memperhatikan sekitarku. Disaat pintu tertutup dan kereta berjalan. Ada luka dan kerinduan bagi dia yang tertinggal. Bukan karna ia hanya tertinggal keretanya, tetapi karna ada kenangan dibaliknya.

Dimana langkahnya hanya seorang diri untuk sampai sini, tak ada genggaman dari yang tercinta. Tak ada lagi bayangan berdua. Hanya dia dan lukanya yang terlantun dari musik yang ia dengar seorang diri.

Ada aku disini, mengetik ini semua. Menunduk layaknya manusia saat ini, yang terbuai dengan kepintaran teknologi.
Dengan cara yang sama, banyak manusia yang menjadi individual....
Mencari kesenangannya melalui teknologi,
Terkadang tak ada pembicaraan tetapi tersirat wajah emosionalnya, yang senang atau sedih terlihat saat ia membaca pesan di handphonenya.

Mungkin ini caranya, mengusir kesepian diantara keramaian.
Menunggu saatnya datang
Sampai pada tujuannya.

Tetapi ada pula ia....
Bapak paruh baya berusaha berjalan menembus gerbong tiap gerbong dengan langkah yang tak setegas dahulu,
Kerut di wajahnya bagai saksi akan kehidupannya
Dengan tangannya yang membawa sebuah barang yang ia simpan dalam sebuah tas.

Terlihat berat, namun wajahnya menggambarkan kelelahan yang akan berbuah manis. Apa mungkin itu adalah barang untuk keluarganya di rumah? Entah lah, semoga ada hal baik yang menyemangatinya untuk bisa sampai ke dalam kereta dengan barang yang ia bawa saat ini.

Lalu, duduklah seorang perempuan, tergesa - gesa dan berusaha untuk tetap tenang.
Ia seperti memburu dengan acuan detak jantungnya, berusaha merapihkan rambutnya.

Sesekali melihat layar handphone, lalu memalingkan pandangannya pada seseorang yang tak asing berjalan dan duduk tepat di sebrangnya.

Lelaki itu, lelaki yang membuatnya tak betah memegang handphone
Hanya bisa meliriknya sesekali,
Ada harap dari matanya untuk kembali.

Seperti ingin memulai tetapi ragu.
Lalu menggila saat lelaki itu menyadarinya. Menyadari akan hadirnya perempuan.

Senyum terlontarkan, entah isyarat apa yang terjadi. Dan tak lama mereka berlalu tanpa kusadari.

Tinggallah aku disini, bersama dengan diriku dan sebuah penantian untuk bertemu.
Dan inilah stasiunku, berdiri dengan tak sabar menunggu terbukanya pintu kereta. Untuk bertemu dengan dia,
Kekasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar